Widget edited by super-bee
* Daftar Praktisi Ruqyah di Indonesia dan Luar Negeri * * GEJALA ANDA TERKENA GANGGUAN JIN DAN SIHIR * * New! Buta 34 Tahun sembuh dengan ruqyah *


.

Sunday, January 19, 2014

Widgets

CARA MENGHENTIKAN HUJAN


ANTARA PAWANG HUJAN VS SUNNAH NABI 

Di musim penghujan, profesi pawang hujan biasanya menjamur bak cendawan. Adapun job request yang dilakukan pawang hujan antara lain:

✔ Menghentikan hujan karena menyebabkan banjir dan kemacetan di mana-mana

✔ Menahan hujan tidak turun atau mengalihkannya misalnya karena ada event besar seperti kompetisi olah raga, hajatan/pernikahan, upacara wisuda, konser outdoor, dsb




JENIS DAN CARA KERJA PAWANG HUJAN :

1. "Pawang hujan" yang sifatnya ilmiah biasa dilakukan oleh Tim BPPT/BMKG memakai teknologi modifikasi cuaca antara lain dengan cara memasang generator aerroso (pembangkit) berbahan baku kimia yang dilarutkan dan dibakar sehingga menghasilkan partikel hygroscopis dengan ketebalan dibawah 1 mikron. Alat yang menghasilkan partikel ini berfungsi untuk memandulkan awan yang berpotensi hujan menjadi awan putih dan hilang dari lokasi target yang diinginkan. Profesi "pawang hujan" seperti ini menurut para ulama diperbolehkan dalam islam. Allahu a'lam.

2. Pawang hujan yang memakai sihir. Sang pawang dengan prosesi ritual tertentu (misalnya menancapkan bawang, cabe dan lainnya) meminta bantuan jin dan sejenisnya untuk memindahkan/meniup awan dari satu tempat ke tempat lain (tentunya dengan izin Allah). Praktek sihir semacam ini jelas termasuk syirik akbar/besar dan haram dalam islam.




CARA MENGHENTIKAN HUJAN SESUAI SUNNAH

Islam telah mengajarkan cara untuk menghentikan atau memindahkan hujan. Cara tersebut sama sekali tidak mahal seperti yang dilakukan tim BPPT/BMKG yang bisa menghabiskan biaya ratusan juta untuk satu kali project. Cara ini juga aman 100 % dari kesyirikan bahkan merupakan bagian dari pengamalan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ بَابٍ كَانَ وِجَاهَ الْمِنْبَرِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْمَوَاشِي وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا. قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ فَقَالَ: اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا.
قَالَ أَنَسُ وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزَعَةً وَلَا شَيْئًا وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ. قَالَ: فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ. قَالَ: وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا.

Dari Syarik bin Abdillah bin Abi Namir bahwa dia mendengar Anas bin Malik menceritakan:

“Ada seorang laki-laki masuk ke dalam masjid pada hari Jumat dari pintu yang berhadapan dengan mimbar, sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berdiri menyampaikan khutbah. Orang itu kemudian menghadap ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, hewan ternak telah binasa dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami!” Anas berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “ALLAHUMMASQINA, ALLAHUMMASQINA, ALLAHUMMASQINA (Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan).”

Anas melanjutkan kisahnya, “Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan baik yang tebal maupun yang tipis. Juga tidak ada antara tempat kami dan bukit itu rumah atau bangunan satupun.” Anas berkata, “Tiba-tiba dari bukit itu tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan itupun menyebar dan hujan pun turun.” Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari.” 

ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا.

Anas berkata selanjutnya, “Kemudian pada Jumat berikutnya, ada seorang lelaki lagi yang masuk dari pintu yang sama sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berdiri menyampaikan khutbahnya. Kemudian orang itu menghadap beliau sambil berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalanpun terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menahan hujan!” 

قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالْآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ. قَالَ: فَانْقَطَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ

Anas berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja dan jangan membahayakan kami. Ya Allah turunkanlah dia di atas bukit-bukit, gunung-gunung, bendungan air (danau), dataran tinggi, jurang-jurang yang dalam serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.” Anas berkata, “Maka hujan berhenti. Kami lalu keluar berjalan-jalan di bawah sinar matahari.” 

(HR. Al-Bukhari no. 1013 dan Muslim no. 897). 

Syaikh Shalih As Sadlan Rahimahullah mengatakan bahwa do’a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya seperti banjir/genangan dan kerusakan dimana-mana. Wallahu ta'ala a'lam

Quote : Abu Nida Ummu Nida

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Penulis: Muhammad Abdee
Seorang praktisi ruqyah syar'i dengan Quranic Healing Technique berdasarkan Alquran dan Hadits. Berkat Ilmu dari Allah Subhanahu Wata'Ala Saya bersedia membantu saudara saudaraku Read More →
Comments
0 Comments

0 komentar: